ONLINELUWURAYA.COM, LUTIM — Hujan lebat terus-menerus mengguyur wilayah Luwu Timur, membuat ketinggian air di aliran Sungai Larona naik secara signifikan. Status “Waspada” pun diaktifkan. Emergency Management Team (EMT) PT Vale menginformasikan kepada Bupati Luwu Timur bahwa telah terjadi kenaikan level air di tiga PLTA yang dikelola Perusahaan. Bupati menyebarkan informasi tersebut ke unit-unit kerja terkait agar siap siaga.
Hujan tak reda, level air terus naik. EMT kembali melapor kepada Bupati, menyusul laporan ke Balai Bendungan, Dirjen Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA), dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, dan Kementerian ESDM. Sirene dibunyikan dan status darurat ditingkatkan menjadi “Siaga”. Saat kondisi kian intens di mana level air terus naik, dan saluran-saluran pelimpahan air di Bendungan telah dibuka seluruhnya, status pun dinaikkan ke level “Awas”. Dengan potensi banjir terjadi di hilir, Bupati pun menginstruksikan evakuasi warga untuk diarahkan ke titik kumpul yang aman. Muster point berada di Gedung Pertemuan Masyarakat Malili, Jalan Andi Panguriseng.
Tak lama berselang, banjir terjadi. Namun warga berhasil dievakuasi dan dinyatakan selamat. Waktu berjalan hingga sekitar pukul 8 malam ketika situasi dinyatakan kembali aman. Warga pun dibolehkan kembali ke rumah masing-masing._
Begitulah garis besar skenario simulasi Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan Seri Sungai Larona yang diadakan Pemda Luwu Timur dan PT Vale di Malili (13/12/2018). Simulasi batch pertama diikuti puluhan warga Desa Wewangriu (Dusun Patande, Dusun Salabu, Dusun Paorebbae) dan Kelurahan Malili (Dusun Malili dan Dusun Puncak). Simulasi dilakukan dalam koordinasi dengan unit-unit terkait Pemda Luwu Timur seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial, Dinas Kominfo, TNI, Kepolisian, PMI, SAR Gabungan Kabupaten Luwu Timur, tokoh masyarakat, dan para relawan.
Simulasi RTD dipimpin oleh Sekretaris Daerah Bahri Suli mewakili Bupati Luwu Timur, disaksikan oleh pejabat Balai Besar Wilayah Sungai—Pompengan Jeneberang(BBWS-PJ). Tim PT Vale dipimpin oleh Director of EHS, Engineering & Construction Abu Ashar.
“Kegiatan ini bagus karena melibatkan pemerintah dan elemen masyarakat. Juga bagian dari tahapan RTD. Selain itu juga membanggakan karena yang pertama dilakukan di Sulawesi Selatan. Ini baru satu tahapan dan baru pertama kali. Nanti akan ada kelanjutannya karena kita mendapat banyak masukan dari kegiatan hari ini,” kata Abu Ashar.
Mewakili Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pejabat BBWS-PJ Ir. Hamzah Mangulang, Sp1 mengungkapkan apresiasi kepada PT Vale yang telah menggagas dan menggelar simulasi RTD.
“Simulasi seperti ini penting dilakukan secara rutin di berbagai tempat. Bisa di sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain. Antisipasi perlu dilakukan demi menampik berita palsu maupun hoax yang beredar beberapa waktu lalu soal bendungan PT Vale yang jebol akibat gempa. Saya tegaskan bahwa informasi valid tentang bendungan harusnya berasal dari PT Vale. Setelah itu, tinggal koordinasi PT Vale dengan direktorat di Pemerintah Daerah untuk melakukan tindakan lanjutan,” ujar Hamzah.
Sementara itu, Sekda Luwu Timur Bahri Suli menyatakan harapan agar simulasi dapat memberikan pelajaran bagi semua pihak yang terlibat. Bahri juga mengingatkan agar PT Vale perlu segera membuat manual operasi dan pemantauan sungai, mulai dari danau, bendungan PLTA, hingga hilir.
“Sekalipun simulasi ini baru pertama kali dilakukan, namun dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan sosialisasi selanjutnya di tahun depan. Kita rencanakan untuk lakukan secara berkala demi memberikan pemahaman warga dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kondisi kedaruratan,” ungkap Muhammad Zabur, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Timur.
Simulasi RTD merupakan bagian dari ketentuan yang diatur dalam Dokumen Panduan RTD Bendungan Seri Sungai Larona yang telah disetujui dan ditandatangani Vale, BBWS-PJ dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur pada Juli 2017. Serta tindak lanjut pasca studi dan konsultasi penerapan RTD yang diatur sesuai UU Nomor 24/2007 (UU Penanggulangan Bencana), PP Nomor 37/2010 (PP Bendungan) dan beberapa Permen terkait penanggulangan bencana dengan pihak-pihak terkait.
PT Vale memiliki tiga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yakni Larona (1978), Balambano (1999) dan Karebbe (2011) dengan total tenaga listrik dihasilkan sebesar 365 megawatt untuk mendukung operasi Perusahaan dan didistribusikan sebesar 10,7 Megawatt untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat melalui PLN.
PT Vale telah mengantongi Izin Operasi berdasarkan rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan, serta dilengkapi sejumlah dokumen perizinan. Sebagai antisipasi terjadinya keadaan darurat, Vale melakukan studi dan konsultasi penerapan RTD. Perusahaan juga melakukan inspeksi rutin terhadap ketiga bendungan sesuai standar yang diatur oleh regulasi.
PT Vale mengantisipasi tindak darurat dengan memasang sistem peringatan banjir yang disebut Flood Warning System (FWS). Sistem peringatan banjir ini akan memberikan peringatan dalam bentuk sirene apabila level ketinggian air sungai dianggap melebihi batas normal atau berpotensi banjir. (*)