ONLINELUWURAYA.COM, LUWU UTARA — Desa Baloli Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara telah ditetapkan sebagai lokus dari Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa (PIID) Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Program ini merupakan salah satu program unggulan Kemendes PDTT dalam rangka meningkatkan kapasistas dan pemanfaatan sumberdaya alam berbasis wisata.
Dari 4 daerah di Sulsel yang menerima program ini, Lutra fokus pada pengembangan wisata desa. Untuk menyukseskan program ini, Kadis PMD Lutra, Misbah, berharap ada sinergi dan kolaborasi yang terbangun antar-stakeholder dan Perangkat Daerah terkait. Menurutnya, hanya dengan sinergi dan kolaborasi program ini bisa berujung pada kesuksesan, sehingga masyarakat merasakan betul dampak yang ditimbulkan dari program ini.
“Berdasarkan ketentuan dan rekomendasi dari Kemendes PDTT, maka Desa Baloli Kecamatan Masamba telah memenuhi syarat untuk menerima program ini, salah satunya karena adanya kerja sama antardesa dan yang pasti mendapat dukungan seluruh pihak, dan juga atas komitmen kuat dari pimpinan,” tutur Misbah saat menghadiri acara Penutupan Pelatihan Wisata Desa Berbasis Masyarakat, Kamis (19/12/2019), di Desa Baloli.
Terkait kegiatan Wisata Desa, Misbah sangat berharap dukungan dan partisipasi aktif seluruh pihak terkait, di antaranya Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Bappeda, DP2KUKM, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan untuk ikut menyukseskan program ini. “Wisata Desa ini sangat kompleks permasalahannya, sehingga butuh dukungan kita semua. Kita harap seluruh Perangkat Daerah yang lain juga ikut menyukseskan program ini,” harapnya.
“Luar biasa dampak dari program ini. Ini semua untuk mencerdaskan masyarakat di sekitar sini, terutama untuk kegiatan ekonomi lokal. Untuk itu, kami dari Pokja Kabupaten berharap ada sinergi dan kolaborasoi, karena jika BUMDes sebagai pengelola tentu akan kewalahan dan setengah mati untuk menyukseskan program ini. Saya kira program ini sangat berat jika tidak dilakukan secara ‘keroyokan’, dengan seluruh stakeholder yang ada,” tandasnya.
Apa yang disampaikan Misbah, setali tiga uang dengan apa yang dikatakan Asisten II Buramin Dannu saat menutup pelatihan ini. Menurutnya, program ini tidak bisa dilakukan secara spot-spot atau sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan dengan cara kolaborasi. “Betul apa yang disampaikan pak Kadis tadi, bahwa mengelola wisata itu dibutuhkan sinergi dan kolaborasi. Kenapa? karena wisata itu ada kebersamaan dan juga ada keindahan,” ucapnya. (LH)