ONLINELUWURAYA.CO, PALOPO — Bertempat di Kopi Galung, Jalan Pong Simpin, Kota Palopo, sembilan pembicara satu per satu menyampaikan pandangannya pada diskusi akhir tahun yang digelar PDL bertemakan “Resolusi Politik Luwu Raya Tahun 2024”, Rabu malam 27 Desember 2023.
Dimulai dari Guru Besar IAIN Palopo yang juga Mantan Rektor IAIN Palopo, Prof Dr Abdul Pirol M.Ag menyampaikan, resolusi itu identik dengan begaimana membuat tekad bersama untuk mencapai harapan di tahun 2024. Sebagai pribadi masing-masing tentu punya resolusi sendiri. Tetapi mengenai politik suatu kawasan di sini kita perlu memiliki resolusi bersama dan harapan bersama.
Pada kesempatan itu juga, Prof Pirol sedikit mengoreksi penggunaan kata Luwu Raya yang berarti dikhususkan untuk 4 daerah di Luwu Raya. Penggunaan kata Luwu Raya itu bermakna kurang historis, sehingga lebih tepat jika menggunakan kata Tana Luwu yang identik dengan perjuangan mewujudkan Provinsi Tana Luwu sesuai cita-cita pendahulu kita. “Kata Tana Luwu itu bermakna historis yang kuat. Disitu melekat filosofis,” kata Prof Pirol.
Lanjut Prof Pirol, berbicara soal politik Tana Luwu, hanya satu yakni menjadi provinsi. Ini bukan kepentingan jangka pendek. Bagaimana mensejahterakan masyarakatnya. Perjuangan provinsi ini sudah ada 30 tahun. Sering kita kehilangan momentum.
“Saya melihat moratorium DOB belum dicabut dan itu perlu dicabut inilah momentumnya. Berbicara Provinsi Tana Luwu, tentu siapa tokoh yang perlu bicara mengenai ini dan beliau punya kemampuan. Tentunya ada pada YM Datu Luwu,” pungkasnya.
Dari sisi budaya, Andi Abdullah Sanad Kaddiraja selaku perwakilan Kedatuan Luwu menjelaskan, ke depan kita perlu selalu mengingat tujuan cita-cita provinsi. Namun jauh sebelum itu Bung Karno yang berjanji kepada masyarakat Tana Luwu pada saat penyerahan kedaulatan kepada NKRI. Pada saat itu Bung Karno mengumpulkan tiga raja besar di Sulawesi. Raja Gowa ditanya, Raaj Bone ditanya, dan Raja Luwu ditanya lalu dijawab Andi Djemma kala itu, sejahterakan rakyatku, lalu Bung Karno menjanjikan Tana Luwu akan diberikan seperti Daerah Istimewa Yogyakarta.
Datu Luwu saat ini punya visi melanjutkan perjuangan kakeknya. Oleh karena itu beliau saat berbincang dengan petinggi kedatuan bertekad untuk maju Calon Anggota DPD RI.
Untuk itu, masyarakat Tana Luwu wajib mendukung YM Datu untuk menemukan kembali jati diri Bangsa Luwu. Kalau ini belum terwujud, maka kekayaan alam Tana Luwu hanya akan dinikmati orang lain.
“Mari kita perjuangkan cita-cita Andi Djemma Tana Luwu jadi provinsi dan itu bisa kalau kita bersatu mendukung YM Datu Luwu di DPD RI,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Polidewa, Dr Suaedi memaparkan kalau Luwu ini luar biasa. Orangnya heroik. Hanya saja tantangan sata ini bagaimana maindset Luwu. Karena banyak orang Luwu berasal dari luar dan masih memikirkan daerah asalnya.
Untuk itu, mendekati Pemilu 2024, maka perlu Presiden yang menjanjikan provinsi. Pilih anggota legislatif yang memperjuangkan provinsi. Dan pilih senator (calon anggota DPD RI) yang memperjuangkan Provinsi Tana Luwu.
“Sebagai orang Luwu kalau Datu Luwu sudah bertitah, maka tidak langsung pikir harus mengikuti titah tersebut, tidak bisa lagi didiskusikan. Pasti memiluh Datu,” ujarnya.
Pendangan juga disampaikan Pdt Dr Diks M Pasande M.Th, kalau banyak calon mengaku Orang Luwu ketika momen politik. Setelah terpilih dilupakan. Untuk itu, kita perlu satu suara mendukung Orang Luwu sendiri yang siap memperjuangkan Tana Luwu ini. Kita kembalikan muruah Tana Luwu melalui Datu.
“Kita bersama-sama perjuangkan Datu Luwu meraih 400 ribu suara untuk lolos DPD RI,” tutupnya.
Dari kalangan akademis Dosen STISP Veteran disampaikan Hajaruddin A M.Si, daerah makin terbatas lantaran banyak kebijakan yang ditarik ke pusat. Sehingga menjadi provinsi adalah hal mutlak untuk percepatan pembangunan.
Ketua AMAN Tana Luwu, Irsan Hamid juga menyampaikan di Tana Luwu ada 147 komunitas masyarakat adat yang butuh pengakuan negara yang hidup secara turun temurun. Dengan makin banyaknya figur Tana Luwu yang lolos akan menjadi pintu masuk dalam pengakuan tersebut.
Suara dari milenial juga disampaikan Muhammad Arga Mastaputra dengan mengatakan kalau Luwu Raya ini selalu jadi jualan para caleg mendekati Pileg. Anak muda milenial tidak ambil bagian dalam pembentukan provinsi, namun pemilih sata ini terbanyak adalah anak muda yang kebanyakan bekerja progresif tidak terlalu banyak bicara dan banyak di sektor industri kreatif.
Pandangan yang sama juga disampaikan Tokoh Paguyuban Jawa di Tana Luwu, Siswo Edi yang menyebutkan hubungan antara Tana Luwu dengan Jawa sudah terjalin sejak Abad 11. Bahkan adanya perkawinan antara keturunan Raja Luwu dengan Majapahit.
Dimana Luwu menjadi penyuplai logam bagi Majapahit. Sehingga kami masyarakat Jawa di Tana Luwu adalah bagian dari Tana Luwu itu juga.
“Kami dari etnis Jawa mendukung penuh kebijakan dan titah Datu Luwu untuk maju DPD RI,” ujarnya.
Terakhir pandangan disampaikan Ustad Mustakim S.Ag yang juga mantan anggota DPRD Palopo. Dengan menyampaikan hendkanya kita kembalikan ke dasar awal perjuangan politik dari pendahulu kita. Datu Luwu selalu bertitah agar bagaimana kita menciptakan keseimbangan hidup.
Di akhir diskusi akhir tahun PDL ini, pengarah Afrianto S.Pd M.Si menyampaikan closing statment dari para narasumber yang ada bahwasanya kita sebagai masyarakat Tana Luwu wajib mendukung Datu Luwu dengan kesadaran penuh untuk lolos DPD RI demi perjuangan Provinsi Tana Luwu.
Acara diskusi diikuti ratusan audiens dari sejumlah kalangan. Mulai dari mahasiswa, pengurus kampus, dan masyarakat. (rls)