ONLINELUWURAYA.CO, MAKASSAR —Gubernur Sulwesi Selatan (Sulsel), Prof HM Nurdin Abdullah, melakukan kunjungan Posko Gugus Tugas Penangan Covid-19 Sulsel, di Swiss-Belhotel Makassar, Sabtu siang, 6 Juni 2020. Ia mendengarkan pemaparan dari Tim Ahli Data dan Epidemologi.
Tim memaparkan data analisis untuk kurva epidemi, serta angka pertumbuhan kasus. Juga dijelaskan tentang intervensi yang telah dilakukan, mengukur capaian dan output. Data ini merupakan hasil ilmiah yang dijadikan acuan Sulsel menuju penerapan New Normal Life.
Sedangkan untuk penerapannya, maka kurva Angka Reproduksi (Rt Covid-19) harus berada dibawah satu. Hingga pukul 22.15 Wita jumlah total angka positif Covid-19 di Sulsel 1.839 kasus, dirawat 1.067, sembuh 679 (36,7 persen), meninggal 98 (5,3 persen).
Dijelaskan, sempat terjadi kenaikan angka signifikan karena adanya kasus positif di Kapal Lambelu, kondisi pada saat PSBB dimulai dan setelah. Perkembangan kasus dari ke hari untuk reproductive number misalnya dari dua minggu terakhir mulai hari ke 71-84 sudah turun ke Rt 0,9 dengan interval 0,9-1,1. Artinya dalam dua minggu terakhir ada pengendalian kasus.
Juga dijelaskan jumlah kasus di Sulsel ditemukan tinggi, karena kemampuan memeriksa di laboratorium yang dimiliki Sulsel. Tujuh lab membuat tim aktif mencari kasus. Kemampuan memeriksa Sulsel untuk jumlah tes harian dan total tes PCR dua kali dari kemampuan nasional. Kemampuan Indonesia untuk tes harian 30/1.000.000 penduduk, sedangkan di Sulsel sudah mampu 60/1.000.000 penduduk. Jumlah tes maksimal harian 786 tes sepanjang periode hingga 5 juni 2020.
Gubernur mengapresiasi kerja tim Gugus Tugas dan juga seluruh tenaga medis yang terlibat. Seluruh unsur saling menopang. Karena pandemi Covid-19 ini adalah pengalaman pertama seumur hidup dan tidak ada satu negara pun yang pernah menangani hal ini. Laporan yang diberikan tim data ini secara akademik bisa dipertanggungjawabkan.
“Memang luar biasa kerja-kerja teman medis ini dengan segala kesabaran dan keikhlasan menghadapi ini. Saya haru dan bangga, karena ini misi kemanusiaan,” kata Nurdin Abdullah setelah mendengarkan pemaparan yang ada.
Ahli Epedemologi dan Guru Besar FKM Unhas, Ridwan Amiruddin, menjelaskan, kurva epidemologi yang merupakan suatu kurva yang mengambarkan tentang tumbuh kembangnya sebuah epidemi atau pandemi. Kurva dikembangkan berdasarkan konsep pengembangan penyakit, konsep ini menggambarkan terpaparnya seseorang sampai munculnya gejala. Sejak 22 atau 23 Maret sampai 4 Juni, timnya sudah membangun kurvanya dan telah ditemukan bentuk kurva pandemi Covid-19 untuk Sulsel.
Hal yang menarik dari kurva ini, bahwa setiap intervensi yang diberikan secara masif itu mampu memberikan daya tekan terhadap pertumbuhan kasus. Intervensi secara masif antara lain, adalah Work From Home, kedua PSBB 1 dan 2 Makassar, PSBB Gowa, Duta Covid-19, intensive tracking dan penambahan laboratorium.
“Memang dengan pertambahan tujuh lab itu, itu menambah dan memberikan daya, kelihatannya pada penambahan jumlah kasus. Tetapi pada satu sisi ini menekan penularan,” sebutnya.
Sehingga, dampak realnya adalah pada tanggal 23 Maret Sulsel memiliki Ro (Reproduksi) kasus dari 2,8 sampai 4. Pertumbuhan kasus sejak 19 Maret dengan Ro sebesar 3,8 dengan berbagai intevensi, itu pelan-pelan menurun sesuai dengan intervensi yang diberikan kemudian per 6 Juni sudah berada pada angka 0,9. Artinya, bahwa pelan-pelan Sulsel ini on the track pada interval intervensi yang diberikan. Dengan intervensi yang diberikan tersebut, diharapkan dalam 2-3 pekan ini mampu mengontrol pertambahan kasus.
“Dengan demikian Sulsel ini bisa masuk ke dalam New Normal. Jadi bulan Juni ini meskipun secara kasus harian kelihatan ada fluktuasi jumlah kasus. Tetapi, secara kontinyu dari grafik ini menunjukan kestabilan angka di kisaran satu dan dibawah satu,” jelasnya.
Dengan demikian, terpenuhi syarat untuk melakukan pelonggaran atau implemetasi dari New Normal Life ke depan.
Sementara itu, Tim Konsultan Covid-19 Sulsel, Ansariadi menjelaskan evaluasi peningkatan kasus dari waktu ke waktu. Kurva yang ditampilkan tidak berdasarkan harian. Sebab hasilnya kadang berbeda, kapan terjadinya penyakit dengan kapan diumumkan.
“Seperti yang kita temukan tadi, ternyata yang diumumkan hari ini terjadi akumulasi dari beberapa hari lalu. Sehingga kita bisa keluarkan kurva epidemologinya. Dan kita lihat ada peningkatan dan penurunan, ini melihat juga kapan PSBB dilakukan dan bagaimana efeknya,” paparnya.
Kurva inilah yang menjadi dasar bagaimana menghitung reproductive number dan terlihat dalam dua minggu terakhir sudah ada penurunan, (Rt) 0,9 sampai 1,1.
“Intinya adalah dalam suasana yang bisa dikontrol, terkendali, misalnya ada tiga kasus tetapi terkendali dan tidak menimbulkan wabah luar biasa, maksud saya tidak dalam jumlah di luar ekspektasi kita,” jelasnya.
Sedangkan terkait New Normal ketika aktivitas dibuka kembali, seperti sekolah dan masjid. Evaluasi dilakukan perlu dilakukan satu sampai dua minggu ke depan. Bagaimana tren penurunan dan sejauh mana masyarakat mampu menerapkan protokol sehat di masa New Normal.
“Saya berharap tidak hanya mengimbau masyarakat. Karena sebagian masyarakat bisa lakukan. Tetapi mungkin sebagian besar tidak mampu, kita harus membuat mereka mampu. Apa fasilitas yang diberikan kepada mereka. Misalnya di sekolah, pemberian alat cuci tangan. Saya kira ini pekerjaan berat pemerintah ke depan,” terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, dr Ichsan Mustari, menyebutkan, dengan angka Rt 0,9, maka Sulsel dipersiapkan menuju penerapan New Normal Life. “Kita lihat dua minggu, tidak langsung. Kita lihat masih banyak variabel lain, inikan masih pasca lebaran kita lihat dua minggu dulu,” pungkasnya. (*)