ONLINELUWURAYA.COM,PALOPO — Usia Piala Dunia 2018 yang dihelat di Rusia sudah 19 hari dari 32 hari perhelatan akbar ini digelar. Piala Dunia 2018 juga sudah menyelesaikan 52 laga dari 64 laga. Artinya, masih ada 13 hari dan sisa 12 laga menuju puncak penahbisan juara. Sejauh ini, Piala Dunia sudah memasuki fase knockout atau fase dengan sistem gugur, tepatnya babak 16 besar. Piala Dunia edisi ke-21 ini bercokol 19 juara konfederasi yang berafiliasi dengan FIFA. Hasilnya? Sangat jauh dari ekspektasi publik, para fans, pengamat dan tentunya negara bersangkutan.
Inggris, Jerman, Spanyol, Portugal, Prancis, dan Denmark mewakili Eropa. Argentina, Uruguay, Brasil, Kolombia, dan Meksiko mewakili Amerika. Mesir, Maroko, Nigeria dan Tunisia mewakili Afrika. Tidak adil rasanya kalau tidak menyebut para juara Asia yang tampil di Piala Dunia kali ini. Negara itu adalah Arab Saudi, Iran, Korea Selatan, dan Jepang. Tanpa bermaksud mengerdilkan kualitas dan level dari Piala Afrika dan Piala Asia, maka tulisan saya kali ini hanya fokus pada juara Piala Dunia dan Piala Eropa.
Khusus Juara Dunia, hanya Argentina, Inggris, Uruguay, Prancis, Jerman, dan Spanyol yang tampil di Piala Dunia 2018. Jika melihat tradisi, keenam negara tradisional ini diprediksi melangkah jauh. Namun, prediksi di atas kertas tidak berbanding lurus dengan fakta di atas lapangan. Statistik dan kualitas pemain sejauh ini mengkhianati hasilnya. Jerman sebagai pemegang trofi terbanyak kedua setelah Brasil harus angkat koper lebih dini karena kalah bersaing dengan Swedia dan Meksiko di Grup F. Bahkan juara bertahan ini harus menanggung malu tumbang di tangan Korsel.
Di babak penyisihan grup, Jerman out. Dunia nyata geger, lebih-lebih dunia maya. Hinaan, cacian, dan bully-an saling berebut memamerkan sensasi olokannya dengan beragam parade meme. Memasuki babak 16 besar, satu persatu juara bertumbangan. Di awali Argentina. Tim Tango yang tertatih sampai di babak ini harus mengakuai keunggulan Prancis, sang juara lainnya, dengan skor tipis 3-4. Prancis melaju ke babak 8 besar. Argentina yang masih diperkuat megabintangnya, Lionel Messi, harus mengikuti jejak Jerman, pulang kampung lebih awal.
Koleksi peluru bully-an yang sempat tersimpan rapi pasca gugurnya Jerman, kembali dimuntahkan. Untung bagi Argentina, hinaan itu tidak berlangsung lama, karena Juara Eropa 2016, Portugal, ikut-ikutan angkat koper setelah dipecundangi Juara Piala Dunia 2 kali, Uruguay. Cukup sampai di situ? Ternyata tidak! Juara Piala Dunia 2010, Spanyol, tak kuasa menahan laju tuan rumah, Rusia. Spanyol harus mengakui keunggulan Rusia melalui sebuah proses “undian” alias adu penalti. Jerman, Argentina, Spanyol, dan Portugal, adalah nama besar yang tentunya akan meninggalkan cerita duka di buku Piala Dunia 2018. Apakah Brasil, Inggris, Prancis dan Uruguay bakal menyusul? Wait and see.
Apakah ini tanda berakhirnya era kejayaan para juara? Terlalu prematur untuk kemudian menjawab “iya” karena masih tersisa Inggris, Brasil, Prancis, dan Uruguay yang punya peluang memutus rantai kegagalan tersebut. Brasil yang akan berlaga di babak 16 besar kontra Meksiko tentu tidak ingin mengikuti Jerman, Argentina, dan Spanyol. Pun dengan Inggris yang tentunya terus berusaha menjuarai Piala Dunia setelah mereka juara pada 1966 silam. Piala Dunia selalu melukiskan kisahnya tersendiri. Ada suka, ada pula duka. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang saling berdampingan. Satu senang, lainnya susah. Dan itu adalah keniscayaan. Tinggal kita menunggu siapa yang akan mengangkat trofi berlapis emas 18 karat ini.
Kalau teman saya dulu pernah menulis bahwa neraka itu ada di kiri, maka saya pun dengan berani mengatakan bahwa “neraka” ada di Rusia. Jika “neraka” ada di Rusia, apakah Rusia dan Kroasia yang sudah memastikan lolos ke babak 8 besar menganggap Rusia adalah neraka? Jawabannya sangat jauh dari kata “iya”. Tentu sampai saat ini. Satu negara Eropa yang tidak boleh dilupakan adalah Belgia. Sama seperti Kroasia, Belgia melaju mulus ke babak 16 besar. Menarik ditunggu, apakah Rusia benar-benar surga buat Rusia, Kroasia dan Belgia, ataukah betul-betul menjadi neraka buat Brasil, Prancis, Inggris, dan Uruguay. (Lukman Hamarong)