ONLINELUWURAYA.COM,LUWU —Rosalina, seorang guru honorer yang mengajar di sekolah jauh Sekolah Dasar Negeri (SDN) nomor 573 Pabbatang, Desa Posi, Kecamatan Bua, Luwu rela menempuh perjalanan selama beberapa kilo meter hanya untuk dapat mengajar dua puluh muridnya yang terdiri dari enam kelas dalam satu ruangan.
Meskipun kondisi tidak nyaman mengajar dalam ruang kelas yang hanya beralaskan tanah serta berdindingkan papan kayu yang sudah lapuk, namun mengingat pentingnya pendidikan bagi generasi bangsa sehingga tetap mengabdikan diri dengan gaji dibawah upah minimum.
Nama lengkapnya Rosalina Pasombungan (35), Guru Honorer di SDN 573 Pabbatang, Desa Posi, Kecamatan Bua, Luwu yang menjalani propesinya sebagai tenaga pengajar yang harus menempuh perjalanan jauh untuk sampai kesekolah setiap paginya.
Meskipun harus menempuh beberapa kilo meter dengan melalui perbukitan berjalan kaki untuk sampai kesekolah, namun dia tetap menjalaninya demi pentingnya sebuah pendidikan bagi anak didiknya,Jumat (24/11/2017).
Untuk tiba di sekolah, Ibu Rosalina setiap paginya selalu beriringan dengan sejumlah muridnya melalui perbukitan dengan berjalan kaki.
Hal ini dilakukan, agar bisa memastikan keselamatan muridnya hingga tiba di sekolah dan melakukan proses belajar mengajar. Diperjalanan, sesekali mereka bercanda ria layaknya seorang sahabat.
Namun kondisi sekolah yang mereka tempati melaksanakan proses belajar mengajar selama ini hanya beralaskan tanah serta berdinding papan kayu yang sudah lapuk yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Apa lagi jika terjadi hujan deras, ruang kelas akan dipenuhi lumpur karena air hujan akan mengalir masuk kedalam.
Saat ditanya bagaimana mengajari Dua Puluh muridnya yang terdiri dari Enam kelas dalam satu ruangan, Rosalina menjawab jika dirinya hanya mengajari membaca bagi murid kelas I dan II.
Sementara murid kelas III hingga kelas VI dirinya hanya memberi tugas agar semuanya bisa terlayani dengan baik.
“Kelas I dan II hanya diacara membaca, sementara bagi kelas III hingga kelas VI yang sudah pintar membaca, diberikan tugas dengan memberikan buku cetak yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah,” jawab Rosalina dengan nada rendah.
Proses belajar mengajar seperti ini dilakukan karena kondisi sekolah jauh tersebut hanya memiliki satu ruangan kelas serta satu tenaga pengajar.
“Sekolah kami hanya memiliki satu ruang kelas, dan saya sendiri yang mengajar para siswa yang ada,” tambahnya.
Meskipun merasa tidak nyaman dalam kondisi mengajar seperti ini, namun karena keinginanya untuk tetap menjaga asah puluhan muridnya sehingga ibu tiga orang anak ini, tetap setia mengabdikan diri untuk memberikan pendidikan yang layak bagi muridnya tersebut meskipun hanya di upah Rp 300 per bulan.
Menurut kepala sekolah SDN 573 Pabbatang, Muhammad Arfail bahwa kondisi Ibu Rosalina sejak dia masuk menjadi tenaga honor Tahun 2014 lalu disini, memang sangat memperihatinkan, namun dia tetap tabah menjalaninya meskipun dia hanya digaji sebesar Rp 300 ribu per bulan.
“Saya sangat prihatin dengan kondisi yang dialami oleh Ibu Rosalina, sejak masuk sebagai tenaga pengajar disini dia hanya digaji sebesar Rp 300 per bulan,” ungkap Arfail, Jumat (24/11/2017).
Sebagai kepala sekolah, saya berharap kepada pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu, agar dapat membantunya melalui program tunjangan khusus seperti daerah lainnya.
“Kami berharap pihak Pemkab Luwu, bisa memberinya tunjangan khusus seperti daerah lainnya,” tambahnya.
Masih Arfail, selain mengharap tunjangan gaji Ibu Rosalina, Kepala SDN 753 Pabbatang ini juga berharap bantuan pemerintah terhadap sekolah jauh ini, yang hanya memiliki satu ruang kelas yang tidak layak untuk ditempati melakukan proses belajar mengajar.(AN)